Dunia Barat sebagai
cikal bakal berkembangnya filsafat tetap mempertahankan pandangan mendua dan
telah membuka peluang tumbuh suburnya semangat sekularisasi sebagi simbol
pemisah antara persoalan agama dan pengetahuan. Prof. Malik B. Badri menyindir
kondisi ini dengan mempublikasikan karyanya berjudul “Psikologi Muslim di
Lubang Buaya” adalah penyadaran kembali tentang prinsip-prinsip psikologi dalam
al-qur’an. Pencarian hakekat ilmu telah dilakukan oleh beberapa kalangan dengan
corak yang beragam. Ada yang tetap dalam keadaan sekuler, dan ada corak lain
seperti yang ditawarkan oleh al-faruqy yaitu islamisasi ilmu pengetahuan dengan
konsep satu sumber ilmu dalam konsep tauhid. Bentuk lainya adalah integrasi
interkoneksi antara Hadharah dan Nash, hadharah ilmu dan hadharah falsafah.:
memahami Nash dengan ilmu melalui etika falsafah dalam konsep jaring laba-laba
Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga).
1.
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Dunia Barat
Disini di jelaskan mengenai Sejarah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dunia Barat Berbeda dengan kepercayaan Yunani
kuno yang cenderung membesarkan mitos (mitologfi) sebagai bentuk kepercayaan
masyarakat saat itu. Filsafat dan Ilmu berpijak pada kemampuan akal yang
mengembara kebeberapa kawasan sehingga diketemukan akal yang mengembara ke
beberapa kawasan sehingga ditemukan perbedaan di antara keduanya. Berikut ini
adalah sejarah dan perkembangan zaman abad sebagai berikut : Pertama, Zaman Yunani Kuno 1 (600-400
BC). Zaman yunani kuno adalah fase pertumbuhan pemikiran filosofik yang berbeda
dengan kondisi pada saat itu yang didominasi oleh metod (methodologi)
purbakala. Para filsof lebih menawarkan pemikiran rational yang penuh dengan
argumen logik yang sebelumnya menganggap bahwa alam tercipta karea adanya dewa
apollo atau dewa yang ada di planet lain. Argumen yang ditawarkan filsof pada
periode ini, cenderung menganggap alam ini berasal dari air. Demikian yang
dikemukakan oleh Thales (625-545 BC) “air adalah segala sesuatu, sebab air
dibutuhka oleh semua yang ada. Air dapat berbntuk dari benda halus (uap), benda
cair (air), dan benda keras (es). Dapat di temukan dimana-mana laut, danau,
sungai dll. Beda halnya dengan Anaximandros (610-540 BC) mengatakan bahwa azaz
pertama bukan air melainkan the apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas.
Karena air masih ada lawanya yaitu api. Jadi, tidak mungkin aopi tercipta dari
air. Anaximenes (538-480 BC) berpendapat bahwa alam ini berasal hawa dan udara.
Pendapat para tokoh di atas cenderung sama sama menkritisi hal yang sudah ada.
Jadi ciri utama filsof pada masa yunani kuno I adalah pengkajian tentang alam.
Artinya bersifat makrokosmos., yakni berfikir alam secara makro.
Kedua,
Zaman Yunani Kuni II (500-400 BC) Pada zaman ini bisa dikatakan sebagai puncak
filsafat yunani. Banyak sekali temuan filosofik yang di sumbangakan pada zaman
ini. Antara lain Sokrates (470-400 BC) menyumbangkan tentang nilai kebaikan
yang di capai melalui pengetahuan tentang apa yang baik itu. Plato merupakan
penggabung pemikiran Heraklitos dan Parminedes dan melahirkan faham idealisme.
Yaitu, menekankan tentang alam idea yang menjadi sumber yang nampak.
Sebenarnya itu bukan yang sesungguhnya
melainkan apa yang ada di balik yang nampak. Pada setiap yang ada idea-idea yang secara sederhana adalah jiwa
manusia, tatapi yang tertinggi adalah ada di alam idea. Aristoteles murid Plato
(384-322 BC) ia cenderung mengabaikan idea sebagai sesuatu yang tertinggi
melainkan yang nampak itu adlah yang sebenarnya. Dari pemikiran ini lahirlah
faham realisme yang mengakui adanya sumber gerak dibalik yang nampak itu. Tiga
tokoh ini sebagai cikal bakal pengembangan ilmu pengetahuan, melalui berfikir
mikrokosmos yakni memasuki alam dan
seisinya termasuk manusia.
Ketiga, Zaman Pertengahan (600-1600) Pada masa ini dikenal sebagai masa
keemasan kristen. Dimana kristen bersifat dogmatik artinya menolak keberadaan
filsafat ilmu dan yang menjadi kebenaran adalah apa yang menjadi keputusan
gereja yang sangat otoriter. Sehingga pada masa terjdi kemunduran filsafat
ilmu. Tidak ada kebebasan berfikir,
banyak para ilmuan yang dipenjara seperti Galile Galilio dan Corpernicus. Oleh
karena itu, masa ini dikenal sebagai zaman Patristik dan Skolastik.
Keempat,
Zaman Modern (1500-1800 AC) Pada
zaman ini dikenal sebagai masa Renesanse (1500-1600) yaitu masa lahirnya
kembali pemikiran Barat dalam arti kata hidupnya kembali budaya Yunani kuno
yang gemilang. Ciri utamanya adalah humanisme (anthroposentris) dan manusia
sebagai sentralnya. Aliran yang berkembang pada masa ini yaitu Rasionalisme dan
Empirisme.
1.
Rasionalisme
Aliran
rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa akal sebagai pangkal dari
kebenaran ilmiyah. Jadi akal adalah sumber ilmu. Aliran ini lahir pada abad ke
16 di pelopori oleh Cartesius (1596-1650). Ia dikenal sebagai bapak dari
filosof modern. Pandangan diatas dibangun atas keraguan atas segala sesuatu
(skeptis) dan keraguan itu hanya bisa diatasi dengan berfikir dan mencari
hakekat kebenaran.
2.
Empirisme
berasal dari kata Yunani ”empiria”
atau “empeiros” yang
berarti
berpengalaman
dalam, pengalaman inderawi
atau terampil untuk. Dalam bahasa latin, empiricism bermakna experentia berarti
pengalaman. Masksudnya adalah pengalaman
yang dapat ditangkap oleh panca indra. Secara terminologis, empirisme dapat dikatakan sebagai
sumber pengetahuan yang mengandalkan pengalaman, ide yang ada bersifat abstrak
dan akan berbentuk sesuai dengan apa yang dialami, akal bukan pengetahuan tetapi
pengalaman indra yang
berperan sebagai satu-satunya sumber. Empiris menolak pandangan
rasionalisme.
3.
Kritisme
Kritisme adalah
sebuah faham yang berbicara tentang teori pengetahuan yang berusaha untuk
mempersatukan antara rasionalisme dengan empirisme dalam satu hubungan yang
seimbang dan tidak berpisah dengan yang lainya. Kritisme dopelopori oleh
Immanuel kant, ia dianggap sebagi pengkritik terhadapa aliran rasionalisme dan
empirisme. Ia jiga memberikan sumbangan dan berjasa besar karena ia telah
membrikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang telah dikemukakan oleh
penganut rasionalisme dan empirisme. Ia telah membuka jalan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan.
4.
Idealisme
Idealisme yang
dimaksud adalah kelanjuta dari rasionalisme pada abad 16. Filsuf yang paling
populer yaitu Plato (427-347 AC). Berdasarkan aliran ini hukum pikiran
merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara zat yang mutlak (absolut)
itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Pandangan di atas memeberikan
makna bahwa akal berkaitan erat dengan alam. Jadi, berfikir merupakan melakukan
aktifitas nyata identik dengan pertanyaan bahwa pada dasarnya yang nyata adalah
realisasi dalam alam idea.
5.
Positivisme
Positivisme
adalah kontra produktif dan berfikir metafisik bahkan juta teologik, sebab
cenderung menghadapi realitas secara positiv, dan hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan
secara positif ilmiyah. Maksudnya posotivisme adalah mengakui kenyataan sebagai
pengalaman indrawi yang secara pasti sebagai sumber kebenaran. Pemikir ternama
aliran ini adalah August Comte (1798-1857)
6.
Marxisme
Marxisme atau
materialisme ini merupakan opisisi dari faham yang berpandangan bahwa secara
ontologik ilmu itu berasal dari sesuatu yang bersifat spiritual, sebab mereka
adalah pendukung ontoligo keiilmuan material. Aliran ini didirikan oleh Karl
Marx (1818-1883 AC). Ia adalah seorang ahli sosiologi dan ekonomi materialisme.
Bagi Marx hidup adalah kesetaraan dalam
arti tidak ada kelas dalam masyarakat dan bagi pelaku ekonomi.
7.
Lain-Lain
Pada zaman ini
juga muncul tokoh yang komitmen akan keilmuan antara lain: Tycho Brahe
(1546-1602) seorang ahli astronomi baru sebagai penerus ide-ide Copernercus.
Issac Newton (1643-172) seorang ilmuan dan juga pemimpin pembuatan logam di
kerjaan Inggris, temuanya di bidang Gravitasi, perhitungan calculus dan optika.
Kelima,
Zaman Kontemporer (abad ke-20 dan seterusnya) Pada abad ini merupakan
kebahasaan atas filsafat akibat dari terdapatnya makna ganda, kabur dan tidak
dipahami oleh akal sehat, terutama oleh pengikut filsafat idealisme. Pada zaman
kontemporer ini pembaharuan pemikiran filsafat terdahulu banyak di lakukan,
namun terdapat juga filsafat yang benar-benar baru seperti:
1.
Fenomenologi adalah aliran filsafat yang
menekankan kepada adanya gejala yang
nampak kehadapan mata sebagai adanya indikasi yang harus didalami lebih
jauh untuk mengetahui esensi dari yang nampak. Tokoh yang paling dominan adalah
Edmund Husserl (1859-1938).
2.
Eksentialisme adalah faham filsafat yang
menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi pengalaman kesadaran yang
dalam dan langsung. Jadi, keberadaan segala sesuatu adalah terletak pada
eksistensi jiwanya. Tokohnya adalah Jean Paul Sartre (1905-1980).
3.
Strukturalisme adalah aliran filsafat
yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Filsafat ini
juga di anggap sebagai metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu
kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik. Tokoh yang
paling berpengaruh dalam filsafat ini adalah Michel Foucault (1926-1984).
4.
Pragmatisme adalah sikap dan filsafat
yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran
untuk menetapkan nilai kebenaran. Tokoh yang terkenal adlah dokter agama.
Selain itu, di bidang pendidikan dikenal juga John Dewe (1859-1952) beraliran
pragmatisme.
5.
Post Modernisme, Aliran ini lahir
sebagai reaksi terhadap kegagalan modernisme atau merupakan koreksi terhadap faham
filsafat modernisme yang dinilai sangat humanis. Tokoh yang mempelopori aliran
ini adalah Francois Lyotarl (1924) dengan bukunya berjudul The Post Modern
Condition : A Report on Knowledge.
No comments:
Post a Comment