Tuesday, May 12, 2020

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU



Dunia Barat sebagai cikal bakal berkembangnya filsafat tetap mempertahankan pandangan mendua dan telah membuka peluang tumbuh suburnya semangat sekularisasi sebagi simbol pemisah antara persoalan agama dan pengetahuan. Prof. Malik B. Badri menyindir kondisi ini dengan mempublikasikan karyanya berjudul “Psikologi Muslim di Lubang Buaya” adalah penyadaran kembali tentang prinsip-prinsip psikologi dalam al-qur’an. Pencarian hakekat ilmu telah dilakukan oleh beberapa kalangan dengan corak yang beragam. Ada yang tetap dalam keadaan sekuler, dan ada corak lain seperti yang ditawarkan oleh al-faruqy yaitu islamisasi ilmu pengetahuan dengan konsep satu sumber ilmu dalam konsep tauhid. Bentuk lainya adalah integrasi interkoneksi antara Hadharah dan Nash, hadharah ilmu dan hadharah falsafah.: memahami Nash dengan ilmu melalui etika falsafah dalam konsep jaring laba-laba Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga).
1.             Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dunia Barat
Disini di jelaskan mengenai Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dunia Barat Berbeda dengan kepercayaan Yunani kuno yang cenderung membesarkan mitos (mitologfi) sebagai bentuk kepercayaan masyarakat saat itu. Filsafat dan Ilmu berpijak pada kemampuan akal yang mengembara kebeberapa kawasan sehingga diketemukan akal yang mengembara ke beberapa kawasan sehingga ditemukan perbedaan di antara keduanya. Berikut ini adalah sejarah dan perkembangan zaman abad sebagai berikut : Pertama, Zaman Yunani Kuno 1 (600-400 BC). Zaman yunani kuno adalah fase pertumbuhan pemikiran filosofik yang berbeda dengan kondisi pada saat itu yang didominasi oleh metod (methodologi) purbakala. Para filsof lebih menawarkan pemikiran rational yang penuh dengan argumen logik yang sebelumnya menganggap bahwa alam tercipta karea adanya dewa apollo atau dewa yang ada di planet lain. Argumen yang ditawarkan filsof pada periode ini, cenderung menganggap alam ini berasal dari air. Demikian yang dikemukakan oleh Thales (625-545 BC) “air adalah segala sesuatu, sebab air dibutuhka oleh semua yang ada. Air dapat berbntuk dari benda halus (uap), benda cair (air), dan benda keras (es). Dapat di temukan dimana-mana laut, danau, sungai dll. Beda halnya dengan Anaximandros (610-540 BC) mengatakan bahwa azaz pertama bukan air melainkan the apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas. Karena air masih ada lawanya yaitu api. Jadi, tidak mungkin aopi tercipta dari air. Anaximenes (538-480 BC) berpendapat bahwa alam ini berasal hawa dan udara. Pendapat para tokoh di atas cenderung sama sama menkritisi hal yang sudah ada. Jadi ciri utama filsof pada masa yunani kuno I adalah pengkajian tentang alam. Artinya bersifat makrokosmos., yakni berfikir alam secara makro.
Kedua, Zaman Yunani Kuni II (500-400 BC) Pada zaman ini bisa dikatakan sebagai puncak filsafat yunani. Banyak sekali temuan filosofik yang di sumbangakan pada zaman ini. Antara lain Sokrates (470-400 BC) menyumbangkan tentang nilai kebaikan yang di capai melalui pengetahuan tentang apa yang baik itu. Plato merupakan penggabung pemikiran Heraklitos dan Parminedes dan melahirkan faham idealisme. Yaitu, menekankan tentang alam idea yang menjadi sumber yang nampak. Sebenarnya  itu bukan yang sesungguhnya melainkan apa yang ada di balik yang nampak. Pada setiap yang ada  idea-idea yang secara sederhana adalah jiwa manusia, tatapi yang tertinggi adalah ada di alam idea. Aristoteles murid Plato (384-322 BC) ia cenderung mengabaikan idea sebagai sesuatu yang tertinggi melainkan yang nampak itu adlah yang sebenarnya. Dari pemikiran ini lahirlah faham realisme yang mengakui adanya sumber gerak dibalik yang nampak itu. Tiga tokoh ini sebagai cikal bakal pengembangan ilmu pengetahuan, melalui berfikir mikrokosmos  yakni memasuki alam dan seisinya termasuk manusia.
Ketiga, Zaman Pertengahan (600-1600) Pada masa ini dikenal sebagai masa keemasan kristen. Dimana kristen bersifat dogmatik artinya menolak keberadaan filsafat ilmu dan yang menjadi kebenaran adalah apa yang menjadi keputusan gereja yang sangat otoriter. Sehingga pada masa terjdi kemunduran filsafat ilmu.  Tidak ada kebebasan berfikir, banyak para ilmuan yang dipenjara seperti Galile Galilio dan Corpernicus. Oleh karena itu, masa ini dikenal sebagai zaman Patristik dan Skolastik.
Keempat, Zaman Modern (1500-1800 AC) Pada zaman ini dikenal sebagai masa Renesanse (1500-1600) yaitu masa lahirnya kembali pemikiran Barat dalam arti kata hidupnya kembali budaya Yunani kuno yang gemilang. Ciri utamanya adalah humanisme (anthroposentris) dan manusia sebagai sentralnya. Aliran yang berkembang pada masa ini yaitu Rasionalisme dan Empirisme.
1.         Rasionalisme
Aliran rasionalisme adalah faham yang beranggapan bahwa akal sebagai pangkal dari kebenaran ilmiyah. Jadi akal adalah sumber ilmu. Aliran ini lahir pada abad ke 16 di pelopori oleh Cartesius (1596-1650). Ia dikenal sebagai bapak dari filosof modern. Pandangan diatas dibangun atas keraguan atas segala sesuatu (skeptis) dan keraguan itu hanya bisa diatasi dengan berfikir dan mencari hakekat kebenaran.
2.         Empirisme
berasal dari kata Yunani ”empiria” atau “empeiros” yang berarti berpengalaman dalam, pengalaman inderawi atau terampil untuk. Dalam bahasa latin, empiricism bermakna experentia berarti pengalaman.  Masksudnya adalah pengalaman yang dapat ditangkap oleh panca indra. Secara terminologis, empirisme dapat dikatakan sebagai sumber pengetahuan yang mengandalkan pengalaman, ide yang ada bersifat abstrak dan akan berbentuk sesuai dengan apa yang dialami, akal bukan pengetahuan tetapi pengalaman indra yang berperan sebagai satu-satunya sumber. Empiris menolak pandangan rasionalisme.
3.         Kritisme
Kritisme adalah sebuah faham yang berbicara tentang teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan antara rasionalisme dengan empirisme dalam satu hubungan yang seimbang dan tidak berpisah dengan yang lainya. Kritisme dopelopori oleh Immanuel kant, ia dianggap sebagi pengkritik terhadapa aliran rasionalisme dan empirisme. Ia jiga memberikan sumbangan dan berjasa besar karena ia telah membrikan pembetulan terhadap sikap berat sebelah yang telah dikemukakan oleh penganut rasionalisme dan empirisme. Ia telah membuka jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
4.         Idealisme
Idealisme yang dimaksud adalah kelanjuta dari rasionalisme pada abad 16. Filsuf yang paling populer yaitu Plato (427-347 AC). Berdasarkan aliran ini hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara zat yang mutlak (absolut) itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Pandangan di atas memeberikan makna bahwa akal berkaitan erat dengan alam. Jadi, berfikir merupakan melakukan aktifitas nyata identik dengan pertanyaan bahwa pada dasarnya yang nyata adalah realisasi dalam alam idea.
5.         Positivisme
Positivisme adalah kontra produktif dan berfikir metafisik bahkan juta teologik, sebab cenderung menghadapi realitas secara positiv, dan  hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiyah. Maksudnya posotivisme adalah mengakui kenyataan sebagai pengalaman indrawi yang secara pasti sebagai sumber kebenaran. Pemikir ternama aliran ini adalah August Comte (1798-1857)
6.         Marxisme
Marxisme atau materialisme ini merupakan opisisi dari faham yang berpandangan bahwa secara ontologik ilmu itu berasal dari sesuatu yang bersifat spiritual, sebab mereka adalah pendukung ontoligo keiilmuan material. Aliran ini didirikan oleh Karl Marx (1818-1883 AC). Ia adalah seorang ahli sosiologi dan ekonomi materialisme. Bagi Marx  hidup adalah kesetaraan dalam arti tidak ada kelas dalam masyarakat dan bagi pelaku ekonomi.
7.         Lain-Lain
Pada zaman ini juga muncul tokoh yang komitmen akan keilmuan antara lain: Tycho Brahe (1546-1602) seorang ahli astronomi baru sebagai penerus ide-ide Copernercus. Issac Newton (1643-172) seorang ilmuan dan juga pemimpin pembuatan logam di kerjaan Inggris, temuanya di bidang Gravitasi, perhitungan calculus dan optika.
Kelima, Zaman Kontemporer (abad ke-20 dan seterusnya) Pada abad ini merupakan kebahasaan atas filsafat akibat dari terdapatnya makna ganda, kabur dan tidak dipahami oleh akal sehat, terutama oleh pengikut filsafat idealisme. Pada zaman kontemporer ini pembaharuan pemikiran filsafat terdahulu banyak di lakukan, namun terdapat juga filsafat yang benar-benar baru seperti:
1.         Fenomenologi adalah aliran filsafat yang menekankan kepada adanya gejala yang  nampak kehadapan mata sebagai adanya indikasi yang harus didalami lebih jauh untuk mengetahui esensi dari yang nampak. Tokoh yang paling dominan adalah Edmund Husserl (1859-1938).
2.         Eksentialisme adalah faham filsafat yang menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung. Jadi, keberadaan segala sesuatu adalah terletak pada eksistensi jiwanya. Tokohnya adalah Jean Paul Sartre (1905-1980).
3.         Strukturalisme adalah aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Filsafat ini juga di anggap sebagai metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik. Tokoh yang paling berpengaruh dalam filsafat ini adalah Michel Foucault (1926-1984).
4.         Pragmatisme adalah sikap dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Tokoh yang terkenal adlah dokter agama. Selain itu, di bidang pendidikan dikenal juga John Dewe (1859-1952) beraliran pragmatisme.
5.         Post Modernisme, Aliran ini lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernisme atau merupakan koreksi terhadap faham filsafat modernisme yang dinilai sangat humanis. Tokoh yang mempelopori aliran ini adalah Francois Lyotarl (1924) dengan bukunya berjudul The Post Modern Condition : A Report on Knowledge.

No comments:

Post a Comment

Cerdik Edukasi

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

  SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS   PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A....