Pertama, Filsafat
Ilmu dan Meta Science, hal yang terpenting dalam kajian Filsafat Ilmu adalah
menyoal apa sebenarnya yang dicari dan yang ada di balik ilmu itu sendiri.
Meta
artinya dibalik dan science adalah ilmu, jadi meta science berbicara pada aspek
metafisik dan ontologis dari proses dan aktivitas keilmuan yang menyangkut
persoalan apa yang ada di balik dan apa sebenarnya tujuan orang mencari ilmu.
Manusia adalah pencari ilmu bukan pemilik ilmu dia hanya sekedar menemukan ilmu
yang karenanya bukan pada tempatnya manusia mengklaim bahwa objektivitas ilmu bisa
didapatkan olehnya. Dengan kata lain ilmu selalu juga menyisakan mitos-mitos
baru untuk diketahui dan diketahui.
Kedua,
Etika Ilmu: Problem Nilai dalam Ilmu, Etika merupakan salah satu bagian dari teori tentang nilai atau yang
dikenal dengan aksiologi. selain etika termasuk dalam kajian aksiologi adalah
estetika atau teori tentang keindahan. Etika sering disamakan dengan moralitas,
padahal berbeda. Moralitas adalah nilai-nilai perilaku perilaku orang atau
masyarakat sebagaimana bisa ditemukan dalam kehidupan real manusia sehari-hari
yang belum disistematisasi sebagai suatu teori. Ketika perilaku perilaku moral
dirumuskan menjadi teori-teori maka ia disebut etika. Secara umum etika adalah
teori-teori atau studi filosofis tentang perilaku moral manusia. Dalam etika
yang lebih ditekankan adalah masalah nilai baik dan buruknya suatu tindakan
manusia, bukan masalah kebenaran suatu perbuatan manusia. Etika baru bisa
menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis, yakni asas-asas dan nilai-nilai
tentang yang dianggap baik atau buruk yang begitu saja diterima begitu saja
diterima dalam suatu masyarakat seringkali tanpa disadari menjadi bahan
referensi bagi suatu penelitian sistematis dan metode.
Ketiga,
Paradigma Bebas Nilai Dalam Ilmu, Paradigma ilmu bebas nilai atau dalam bahasa
Inggris sering disebut dengan value free
mengatakan bahwa ilmu dan juga teknologi adalah bersifat otonom. Artinya tidak
memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu
itu sendiri. Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas
bisa jadi dibenarkan untuk kepentingan ilmu itu sendiri, seperti juga ekspresi
seni yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi adalah suatu yang wajar karena
ekspresi tersebut semata-mata untuk seni. Baik Ilmu dengan cara demikian seolah
tak peduli pada akibat kerusakan lingkungan hidup, contoh untuk hal ini adalah
teknologi air condition yang ternyata berpengaruh pada pemanasan global dan
lubang Ozon, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan itu, semata-mata
adalah untuk mengembangkan teknologi itu dan tidak peduli dengan akibat pada
lingkungan. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut tetapi
ilmu yang bebas nilai demi tujuan untuk ilmu itu sendiri barangkali mengangkat
kepentingan kepentingan ekologis tersebut bisa menghambat ilmu.
Keempat,
Paradigma Tidak Bebas Nilai Dalam Ilmu. Dalam hal ini akan dijelaskan bahwa
hanya ilmu yang tidak bebas nilai (value
bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan
dengan mempertimbangkan aspek nilai terutama nilai. Jurgen habermas berpendapat
bahwa ilmu bahkan ilmu alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena
pengembangan setiap ilmu selalu ada kepentingan kepentingan. Ia membedakan tiga
macam ilmu dengan kepentingan masing-masing yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris analitis
yang. Kedua, mempunyai pola yang
sangat berlainan sebab tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu
melainkan memahami manusia sebagai sesamanya memperlancar hubungan sosial. Ketiga, adalah teori kritis, yang
membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri.
Sadar ini amat yang penting kan di sini aspek sosial yang mendasarnya adalah
dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.
Kelima,
Etika dalam Penelitian dan Penemuan Ilmiah, Penelitian Ilmiah adalah suatu
proses ilmiah untuk menemukan teori teori ilmiah dalam ilmu ilmu adalah
pekerjaan bersama manusia dari sejak awal manusia itu ada hingga sekarang ini.
Hampir bisa dipastikan bahwa semua penemuan ilmiah selalu dimulai dengan
penemuan ilmiah yang sebelumnya. Ilmuwan dituntut lebih pada perilaku etis nya
dalam berilmu daripada rumusan penemuan ilmiah titik rumusan penemuan ilmiah
tidak akan melahirkan secara murni dan original apabila orang mengklaim hasil
penemuan ilmiah orang lain sebagai hasil penemuan ilmiahnya. Oleh karena itu
syarat-syarat etis sebagai ilmuwan itu mencakup berlaku jujur dan fair dalam
penelitian ilmiah, memposisikan keunikan penelitian dengan menelusuri
penelitian Penelitian yang sudah ada sebelumnya dan mirip dengannya, tidak
melakukan klaim bahwa penemuan ilmiahnya adalah satu-satunya teori yang harus
diikuti. Jadi, dengan etika ilmu tampak lebih penting untuk ditekankan karena
Ia merupakan komitmen ilmuwan di dalam mengembangkan ilmu sebagai produk
bersama umat manusia tanpa sekat-sekat ideologi agama budaya dan lain
sebagainya.
No comments:
Post a Comment