1. Teori
Kebenaran Ilmiah,
Bagi Kattsoff kebenaran
sama dengan proposisi / proposition. Proposisi untuk bisa dikatakan sungguh-sungguh
bermakna atau benar sesuatu kenyataanya tidak selamanya harus terbukti secara
konkrit akan tetapi, jika hal itu didukung oleh rujukan / referensi yang dapat
dipertanggung jawabkan, maka proposisi itu dapat diuraikan ketika membicarakan
kebenaran wahyu apakah ilmiah atau tidak. Selanjutnya akan dibahas meliputi
kebenaran proposisi, korespondensi,
koherensi, struktural paradigmatik, performatik dan progmatik.
Pertama,
Kebenaran Proposisi, Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat
diantara dua term. Dalam proposisi terdapat tiga hal pokok, yaitu subyek, predikat dan tanda (kopula. Contoh hal tersebut sebagai berikut: “Setiap
Manusia adalah tidak kekal”. Term setiap manusia, sama dengan “subyek”, dan
term I tidak kekal, adalah
“predikat”, sedangkan kata adalah, merupakan
“kopula”. Selanjutnya dalam buku ini di jelaskan ada beberapa jenis dari
proposisi yaitu: Berdasarkan bentuk: tunggal dan Jamak. Berdasarkan hubungan:
kategori dan kondisional. Berdasarkan kualitas: afirmatif dan negatif. Berdasarkan
kuantitas: universal dan khusus. Berdasarkan modalitas. Berdasarkan isi.
Kedua,
Kebenaran korespondensi, Yang dimaksud dengan kebenaran korespondensi ialah
benarnya pemikiran karena terbuktinya
sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Dalam hal ini relevansi
dibuktikan dengan adanya kejadian yang sejalan ataupun yang berlawan arah
ajtara dengan fakta yang diharapkan. Dalam buku ini di sebutkan salah satu
tokoh yang menjelaskan tentang kebenaran korespondensi ialah Dagobert D Runes
yang menyebutkan dalam bukunya Dictionary of Philosophy.
Ketiga,
Kebenaran Koherensi, teori kebenaran koherensi menyebutkan bahwa kebenaran
tidak dibentuk oleh hubungan antara putusan dengan sesuatu hal yang lain,
seperti fakta, melainkan hubungan di antara putusan-putusan itu sendiri. Juga
bisa berarti kebenrana itu dibentuk atas hubungan antara putusan yang baru
dengan putusan sebelumnya yang sudah diketahui dan di anggap benar. Ini sesuai
dengan apa yang disebutkan oleh Dagobert D Runes. Disebutkan bahwa sesuatu yang
koheren dengan dengan sesuatu yang lain adalah adanya kesesuaian atau
keharmonisan dengan sesuatu yang dimiliki hirarkhi lebih tinggi.bisa
dicontohkan pada nilai moral masyarakat.
Keempat,
Kebenaran Struktural Paradigmatik, Noeng Muhadjir mengutip dari Lictenberg,
menyatakan bahwa bisa terdapat hubungan struktural pada berbagai hal yang
sifatnya konstan dan dalam domein disiplin ilmu yang beragam. Seperti halnya
orang membahas tentang perhitungan hari yang tidak mungkin lepas dari
pembahasanya. Menegenai peredaran bumi , perhitungan itu sendiri menjadi
wilayah pembahassn matematika. Sedangkan peredaran bumi menjadi perbincangan
astronomi. Anatara keduanya tentu memiliki domein disiplin ilmu yang berbeda.
Namun sebagai bangunan berfikir (struktural) keduanya tidak dapat dipisahkan
fungsi dan pembahasanya. Hubungan dua domein ilmu itulah yang oleh Lictenberg
adalah paradigmata.
Kelima,
Kebenaran Parformatif, Teori kebenaran parformatif bagi Lacey A.R, sebagaimana
dikutip oleh Ali Mudhofir adalah teori yang menekankan pada kata benar.
Maksudnya dianggap benar bila diwujudakan dalam tindakann konkrit dan
sebaliknya tidak akan bermakna bila tdak bisa diwujudkan dalam tampilan nyata.
Contohnya ketika seseorang berbicara bisa membaca al-qur’an dan ketika
disodorkan alquran untuk dibaca dan di bisa maka pernyataanya benar.
Keenam,
Kebenaran Pragmatik, Sebaigaimana terdapat dalam kamus Dictionaary of
Philosophya, karya Dagobert D Runes, menyebutkan teori kebenaran pragmatic
adalah teori yang menegaskan bahwa kebenaran dari sutu proposisi ditentukan
oleh akibat-akibat praktisnya. Jenis kebenaran ini pertama kali dirintis oleh
Charles Sanders Peirce kemudian dikembangkan oleh William James serta John
Dewey. Meraka memiliki padangan yang sama yaitu menolak segala intelektualisme, absolutisme dan logika
formal.
2.
Kebenaran Non-ilmiah
Pada penjelasan
selanjutnya disini di jelaskn mengenai kebenaran non-ilmiah, yaitu, kebenaran
yang sifat dan cara pandangnya sederhana, penuh dengan kira-kira, serta tidak
dapat dijangkau oleh alat indra manusia. Ini mencakup: pengetahuan biasa, mitos, dan wahyu. Pertama, Pengetahuan Biasa, Secara
skematik, pengetahuan manusia bisa berkembang manuju kepada yang lebih
berkualitas/valid. Validitas tersebut sangat ditentukan oleh kerangka dasar pemikiran serta bentuk Penalaranya. Semakin logis dan teruji pengetahuan itu desebut ilmiah. Sacara skema
perkembangan pengetahuan dapat dimaksud dengan: tahu/proses tahu setelah naik
ke pengetahuan biasa/memori setelahnya manjadi ilmu pengetahuan/pengetahuan
ilmiah dan terakhir teori/rumus. Contohnya setiap orang tahu tantang air tawar,
pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan cara kontak/pengalaman (indrawi)
antara subjek dan objek yang diwujudkan dalam pngalaman biasa. Dikatakan
demikian karena ia hanya sekedar berupa hasil yang terekam dalam memori manusia
tanpa proses analisa dan penggunaan metode kajian tertentu.
Kedua,
Mitos, D.D Runes menyebutkan bahwa mitos adalah sebagai sebuah cerita yang
berkembang pada masyarakat, yang secara historis mereka anggap benar. Padahal
kenyataanya tidak berdasar pada fakta dan penuh dengan khayalan. Bila dipandang
dari sisi keilmuan, mitos jelas tidak ilmiah. Karena mitos tidak didasarkan
pada alasan rasional melainkan lebih pada keyakinan/kepercayaan. Contohnya
kasus Nyi Roro Kidul yang diperistri Panembahan Senopati. Bila dilacak ternyata
itu tidak berdasarkan kebanran melainkan berdasarkan katanya.
Ketiga,
Wahyu, Wahyu pada hakekatnya adalah prose kominikasi, informasi yang
disampaikan bersifat samar /rahasia. Artinya kejadian itu, pertama, antara pemeberi dan penerima tidak dalam tatap muka
langsung. Kedua, bentuk informasinya
dipastikan wujudnya simbolik. Kenyataan ini yang menyababkan beberapa manusia
berasumsi bahwa wahyu adalah sesuatu yang tidak ilmiah. Karena proses
perolehanya samar dan alatnya pun tidak empiris secara rasional. Namun bisa menjadi ilmiah setalah kajian yang
dilakukan terhadapnya menggunakan pisau analisa ilmiah (metode yang berlaku
pada analisa akademik seperti psikologi, sosiologi, biologi, astronomi dll.)
No comments:
Post a Comment