BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar
2.1.1 Fungsi
Permintaan, Fungsi Penawaran
Fungsi
permintaan adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara variable jumlah atau kuantitas suatu
barang yang diminta dengan variable
harganya yang kurvanya merupakan grafik fungsi linear. Dengan kata lain fungsi
permintaan yaitu menghubungkan antara variable harga dan variable jumlah
(barang/jasa) yang diminta. Sedangkan fungsi penawaran menghubungkan antara
variable harga dan variable jumlah (barang/jasa) yang ditawarkan.
Bentuk umum fungsi permintaan
Q = a – bP
|
P =
−
Q
|
Dalam bentuk
persamaan di atas terlihat bahwa variable P (price,harga) dan variable Q
(quantity, jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan hukum
permintaan, bahwa apabila harga naik jumlah yang diminta akan berkurang dan
apabila harga turun jumlah yang diminta akan bertambah. Gerakan harga
berlawanan arah dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva permintaan
berlereng negative.
Bentuk umum
fungsi penawaran
Q = –a + bP
atau
|
P =
+
Q
|
Dalam bentuk
persamaan di atas terlihat bahwa variabel P (harga) dan variabel Q (jumlah)
mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini mencerminkan hukum
penawaran, bahwa apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan
apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang. Gerakan harga searah
dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva penawaran berlereng positif.
Dalam
menggambarkan kurva permintaan dan kurva penawaran sebetulnya dibenarkan meletakkan
variabel harga (P) pada sumbu horizontal dan variabel jumlah (Q) pada sumbu
vertikal. Jadi tidak harus variabel harga ditempatkan pada sumbu vertikal dan
variabel jumlah pada sumbu horizontal, sebagaimana dicontohkan diatas. Akan
tetapi terdapat semacam tradisi menempatkan P pada sumbu vertikal dan Q pada
sumbu horizontal, dan uraian-uraian di dalam buku ini mengikuti tradisi
tersebut.
Kasus 4 fungsi permintaan
Pada saat harga buku Rp10.000 per lusin permintaan akan buku tersebut sebanyak
10 lusin, dan ketika harga buku turun menjadi Rp 8.000 per lusin permintaannya menjadi 16 lusin. Carilah
fungsi permintaanya!
Diketahui : P1
= Rp 10000
P2 = Rp 8000
Q1 = 10
Q2 = 16
Ditanya : Qd = …..?
JAWAB:
=> P – P1 / P2 – P1 = Q
– Q1 / Q2 – Q1
=> P – 10000 / 8000 –
10000 = Q – 10 / 16 – 10
=> P – 10000 / -2000 = Q
– 10 / 6
=> -2000Q + 20000 = 6P
– 60000
=> -2000Q = 6P
– 60000 – 20000
=> -2000Q = 6P
– 80000
=> Q = 6P –
80000 / -2000
=> Q = -0.003P
+ 40
=> Q = 40 –
0.003P
atau
Q = 40
– 0.003P
=> 0.003P = 40 – Q
=> P = 40 – Q / 0.003
=> P = 13333.33 – 333.33Q
=> 0.003P = 40 – Q
=> P = 40 – Q / 0.003
=> P = 13333.33 – 333.33Q
Kasus 5 fungsi penawaran
Pada saat harga Rp 40 per unit,
jumlah penawarannya 10 unit. Dan ketika harga Rp 60 per unit, jumlah
penawarannya 20 unit. Tentukan fungsi penawarannya!
Diketahui : P1 = 4
P2 = 60
Q1 = 10
Q2 = 20
Q2 = 20
Ditanya : Qs = ….?
JAWAB:
P – P1 / P2 – P1 = Q
– Q1 / Q2 – Q1
=> P – 40 / 60 – 40 = Q – 10 / 20 – 10
=> P – 40 / 20 = Q – 10 / 10
=> 20Q – 200 = 10P – 400
=> 20Q = 10P – 400 + 200
=> 20Q = 10P – 200
=> Q = 10P – 200 / 20
=> Q = 0.5P – 10
=> Q = -10 + 0.5P
atau
=> Q = -10 + 0.5P
=> -0.5P = -10 – Q
=> P = -10 – Q / -0.5
=> P = 20 + 2Q
=> P – 40 / 60 – 40 = Q – 10 / 20 – 10
=> P – 40 / 20 = Q – 10 / 10
=> 20Q – 200 = 10P – 400
=> 20Q = 10P – 400 + 200
=> 20Q = 10P – 200
=> Q = 10P – 200 / 20
=> Q = 0.5P – 10
=> Q = -10 + 0.5P
atau
=> Q = -10 + 0.5P
=> -0.5P = -10 – Q
=> P = -10 – Q / -0.5
=> P = 20 + 2Q
Jadi, fungsi penawarannya
adalah Qs = -10 + 0.5P atau Ps = 20 + 2Q
2.1.2 Keseimbangan Pasar
Pasar suatu
macam barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang diminta di pasar tersebut
sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini
ditunjukkan oleh kesamaan Qd = Qs, yakni pada perpotongan kurva permintaan
dengan kurva penawaran. Pada posisi keseimbangan pasar ini tercipta harga
keseimbangan (equilibrium price) dan
jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Keseimbangan Pasar
Qd = Qs
|
Qd :
jumlah permintaan
Qs : jumlah
penawaran
E
: titik
keseimbangan
Pe : harga
keseimbangan
Qe : jumlah
keseimbangan
Kasus
6
Fungsi
permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q, sedangkan penawarannya P = 3 +n0,5Q. Berapa harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar?
Permintaan : P = 15 –
Q Q = 15 – P
Penawaran : P = 3 +
0,5Q Q = -6 + 2P
Keseimbangan pasar : Qd =
Qs
15 – P =
−6 + 2P
21 = 3P
P = 7
Q = 15 – P
= 15 – 7
= 8
Jadi, Pe
= 7
Qe = 8
2.2 Pengaruh Pajak Spesifik Terhadap Keseimbangan Pasar
Pengenaan
pajak atau pemberian subsidi atas suatu barang yang diproduksi atau dijual akan
mempengaruhi keseimbangan pasar tersebut, mempengaruhi harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan.
2.2.1 Pengaruh pajak
Pajak yang dikenakan atas
penjualan suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut naik. Sebab,
setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha mengalihkan (sebagian) beban
pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan menawarkan harga jual yang lebih
tinggi. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di pasar menjadi lebih
tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak, di lain pihak jumlah
keseimbangannya menjadi lebih sedikit.
Pengenaan
pajak sebesar t atas tiap unit barang
yang dijual menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang
lebih besar (lebih tinggi) pada sumbu harga. Jika sebelum pajak persamaan
penawarannya P = a + bQ, maka sesudah
pajak ia akan menjadi P = a + bQ + t =
(a+t) + bQ. Dengan kurva penawaran yang lebih tinggi, ceteris paribus,
titik keseimbangan pun akan bergeser menjadi lebih tinggi.
Kasus 7
Fungsi
permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 ˗ Q, sedangkan
penawarannya P = 3 + 0,5Q. Terhadap
barang tersebut, dikenakan pajak sebesar 3 per unit. Berapa harga keseimbangan
dan jumlah keseimbangan sebelum pajak, dan berapa pula harga keseimbangan dan
jumlah keseimbangan setelah pajak?
Sebelum
pajak, Pe = 7 dan Qe = 8 (lihat penyelesaian Kasus 6 tadi). Sesudah
pajak, harga jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tinggi, persamaan
penawarannya berubah dan kurvanya bergeser ke atas.
Penawaran sebelum pajak: P = 3 + 0,5Q
Penawaran setelah pajak P = 3 + 0,5Q + 3
P =
6 + 0,5Q →
Q = ‒12 + 2P
Sedangkan
persamaan permintaannya tetap:
P = 15
‒ Q →
Q = 15 ‒ P
Keseimbangan
pasar: Qd = Qs
15
‒ P = ‒12 + 2P → 27 = 3P, P = 9
Q = 15 ‒ P = 15 ‒ 9 = 6
Jadi,
sesudah pajak: P'e = 9 dan Q'e = 6.
2.2.2 Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen
tk = P'e ‒ Pe
|
Karena
produsen mengalihkan sebagian beban pajak tadi kepada konsumen, melalui harga
jual yang lebih tinggi, pada akhirnya beban pajak tersebut ditanggung bersama
oleh baik produsen maupun konsumen. Besarnya bagian dari beban pajak yang ditanggung
oleh konsumen (tk) adalah selisih
antara harga keseimbangan sesudah pajak (P'e) dan harga keseimbangan sesudah pajak (Pe).
Dalam Kasus 7 di atas, tk =
9 ‒ 7 = 2. Berarti dari
unit barang yang dibelinya konsumen menanggung beban (membayar) pajak sebesar
2. Dengan perkataan lain, dari pajak sebesar 3 per unit barang, sebesar 2 (atau
67%) pada akhirnya menjadi tanggungan konsumen.
2.2.3 Beban pajak yang ditanggung oleh produsen
tp = t ‒ tk
|
Besarnya bagian
dari beban pajak yang ditanggung oleh produsen (tp) adalah selisih antara besarnya pajak per unit barang (t) dan bagian pajak yang menjadi
tanggungan konsumen (tk).
Dalam Kasus 7 tadi, tp = 3 ‒ 2 =1.
Berarti dari setiap unit barang yang diproduksi dan dijualnya produsen
menanggung beban (membayar) pajak sebesar 1. Dihitung dalam satuan persen,
beban pajak yang ditanggung oleh pihak produsen ini hanya sebesar 33%, lebih
sedikit daripada yang ditanggung oleh pihak konsumen. Jadi meskipun pajak
tersebut dipungut oleh pemerintah melalui pihak produsen, namun sesungguhnya
pihak konsumenlah yang justru lebih berat menanggung bebannya.
2.2.4 Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah
T = Q'e × t
|
Besarnya jumlah
pajak yang diterima oleh pemerintah (T)
dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang yang terjual sesudah pengenaan
pajak (O'P) dengan besarnya pajak per
unit barang(t).
Dalam kasus ini, T = 6 × 3 = 18. Penerimaan dari pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan pemerintah, bahkan merupakan sumber pendapatan utama. Dengan inilah
pemerintah menjalankan roda kegiatannya sehari-hari, membangun prasarana public
seperti rumah sakit dan sekolah, juga membeli perlengkapan pertahanan. Jadi,
pajak yang disetorkan oleh rakyat kepada pemerintah akhirnya kembali ke rakyat
lagi, dalam bentuk lain. Jika dalam melunasi pajak anda memainkan
"persetujuan rahasia" dengan petugas pajak, berarti anda berbagi
"rezeki" dengan sang oknum pajak hanya untuk merasakan keuntungan
jangka pendek, tidak menghiraukan masa depan Negara dan bangsa (termasuk anak
cucu anda sendiri).
2.2.5 Catatan tentang persamaan penawaran sesudah pajak
Dalam contoh di depan kita
memasukkan unsur pajak ke dalam persamaan penawaran yang berbentuk P = Æ’(Q);
yakni jika semula P = a + bQ
maka sesudah pajak menjadi P = a + bQ
+ t. apabila persamaan penawaran
berbentuk Q = Æ’(P), misalnya Q = ‒
+
P,
kita pun dapat memasukkan unsur pajak tersebut secara langsung, tanpa harus
mengubah dulu fungsi penawaran yang berbentuk Q = Æ’(P) menjadi bentuk P = Æ’(Q). dalam hal ini, rumusannya adalah Q
= ‒
+
(P ‒ t).
Hasilnya tidak akan berbeda, sebab:
Q = ‒
+
(P ‒ t)
Q = ‒
+
P ‒ t
bQ = ‒a + P ‒ t → P = a
+ bQ + t
2.2.6 Pengaruh Pajak-Proporsional terhadap Keseimbangan Pasar
Pajak proporsional ialah pajak
yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari harga jual, bukan
ditetapkan secara spesifik (misalnya 3 rupiah) per unit barang. Meskipun
pengaruhnya serupa dengan pajak spesifik, menaikkan harga keseimbangan dan
mengurangi jumlah keseimbangan, namun analisisnya sedikit berbeda.
Jika
pengenaan pajak spesifik menyebabkan kurva penawaran bergeser ke atas sejajar
dengan kurva penawaran sebelum pajak, dengan kata lain lereng kurvanya tetap,
maka pajak proporsional menyebabkan kurva penawaran memiliki lereng yang lebih
besar daripada kurva penawaran sebelum pajak.
Jika
persamaan penawaran semula P = a +
bQ (atau Q = ‒
+
P) maka, dengan dikenakan pajak
proporsional sebesar t% dari harga
jual, persamaan penawaran yang baru akan menjadi:
P =
a + bQ + tP t: pajak proporsional dalam %
P
‒ tP =
a + bQ
(1 ‒
t)P
= a + bQ
P =
+
Q atau Q = ‒
+
P
Dari sini
terlihat kurva penawaran P = Æ’(Q) sesudah pajak proporsional mempunyai penggal vertikal yang
lebih tinggi [sekarang a/(1 ‒ t),
semula hanya a] dan juga lereng yang
lebih besar [sekarang b/(1 ‒ t),
semula hanya b]. untuk melihat
pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar, maka cermatilah kasus berikut.
Kasus 8
Permintaan P = 15 ‒ Q dan penawaran P = 3 + 0,5Q. Kemudian, pemerintah mengenakan pajak sebesar 25% dari harga
jual. Hitunglah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan tanpa pajak serta
dengan pajak.
Sebelum
pajak, P = 7 dan Qe = 8 (lihat lagi Kasus 6). Sesudah
pajak, persamaan penawarannya akan berubah, sementara persamaan permintaannya
tetap P = 15 ‒ Q atau Q = 15 ‒ P.
Penawaran
sesudah pajak dengan t = 25% = 0,25:
P = 3 ‒ 0,5Q + 0,25P
0,75P = 3 + 0,5Q
P = 4 +
Q atau Q = ‒ 6 + 1,5P
Keseimbangan
pasar:
Qd
= Qs
15 ‒ P = ‒ 6 + 1,5P → 21 = 2,5P, P = 8,4
Q
= 15 ‒ P = 15 ‒ 8,4 = 6,6
Jadi,
sesudah pajak: P'e
= 8,4 dan Q'e = 6,6
Patut
dicatat, dalam hal ini besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah dari setiap
unit barang adalah t × P'e = 0,25 × 8,4 = 2,1.
Besarnya beban pajak yang ditanggung
oleh konsumen untuk seriap unit barang yang dibeli adalah tk = P'e ‒ P = 8,4 ‒ 7 = 1,4 (atau 67%).
Sedangkan yang ditanggung oleh produsen adalah tp= t ‒ tk = 2,1 ‒ 1,4 = 0,7 (atau 33%). Adapun
jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dari perdagangan barang ini
adalah
T = Q'e ×
t = 6,6 × 2,1 =
13,86. Dari perhitungan-perhitungan di sini kita dapat menyimpulkan, bahwa pada
akhirnya pihak konsumen juga yang menanggung beban lebih berat dari pajak
penjualan.
2.3 Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
Subsidi
merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, oleh karena itu ia sering juga
disebut pajak negative. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan
pasar berbalikan dengan pengaruh pajak, sehingga kita bisa menganalisisnya
seperti ketika menganalisis pengaruh pajak. Subsidi dapat bersifat spesifik dan
dapat pula bersifat proporsional.
2.3.1 Pengaruh subsidi
Subsidi yang diberikan atas
produksi/penjualan sebuah barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi
lebih rendah. Dengan adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi
lebih kecil sehingga ia bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga
keseimbangan sebelum atau tanpa subsidi, dan jumlah keseimbangannya menjadi
banyak.
Dengan
subsidi spesifik sebesar s kurva
penawaran bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih kecil (lebih
rendah) pada sumbu harga. Jika sebelum subsidi persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah subsidi ia akan menjadi P' = a + bQ ‒
s = (a ‒ s) + bQ. Dengan kurva penawaran yang lebih rendah,
ceteris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser menjadi lebih rendah.
Kasus 9
Fungsi
permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 ‒ Q, sedangkan
penawarannya P = 3 + 0,5Q. Pemerintah memberikan subsidi sebesar
1,5 atas setiap unit barang yang diproduksi. Berapa harga keseimbangan serta
jumlah keseimbangan tanpa dan dengan subsidi?
Tanpa subsidi, P = 7 dan Qe = 8. Dengan subsidi,
harga jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih rendah, persamaan
penawaran berubah dan kurvanya bergeser turun.
Penawaran tanpa subsidi : P = 3 + 0,5Q
Penawaran dengan subsidi : P = 3 + 0,5Q ‒ 1,5
P = 1,5 + 0,5Q → Q = ‒3 + 2P
Karena persamaan
permintaan tetap P = 15 ‒ Q atau Q = 15 ‒
P, maka keseimbangan pasar sesudah subsidi:
Qd =
Qs
15 ‒
P = ‒3 + 2P → 18 = 3P, P = 6
Q
= 15 ‒ P = 15 ‒ 6 = 9
Jadi, dengan adanya subsidi P'e = 6 dan Q'e = 9.
2.3.2 Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen
Sk = Pe ‒ P'e
|
Subsidi produksi
yang diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan
oleh produsen menjadi lebih sedikit daripada ongkos sesungguhnya untuk
menghasilkan barang tersebut. Perbedaan antara ongkos produksi nyata dan ongkos
produksi yang dikeluarkan merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh
produsen. Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produsen lebih kecil, ia
bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian dari
subsidi tadi dinikmati pula oleh konsumen. Besarnya bagian dari subsidi yang
diterima secara tidak langsung oleh konsumen (sk) adalah selisih antara harga keseimbangan tanpa subsidi (Pe) dan harga keseimbangan dengan
subsidi (P'e).
Dalam Kasus 9 di atas, sk = 7 ‒ 6 = 1. Berarti dari tiap unit barang yang dibelinya
konsumen secara tidak langsung menerima subsidi sebesar 1, atau 67% dari
subsidi per unit barang.
2.3.3 Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen
Besarnya bagian dari subsidi yang dinikmati oleh produsen (sp) adalah selisih antara besarnya
subsidi per unit barang (s) dan
bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen (sk).
sp = s ‒ sk
|
Kasus 9 tadi, sp = 1,5 ‒ 1 = 0,5. Berarti dari setiap unit barang yang
diproduksi dan dijualnya produsen menerima subsidi sebesar 0,5, atau 33% dari
subsidi per unit barang.
2.3.4 Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah
Besarnya jumlah subsidi yang
diberikan oleh pemerintah (S) dapat
dihitung dengan mengalihkan jumlah barang yang terjual sesudah disubsidi (Q') dengan besarnya
subsidi per unit barang (s).
S = Q'e × s
|
Dalam kasus ini, S = 9
× 1,5 = 13,5.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penentuan harga, penawaran serta
permintaan sangat diperlukan dalam perkembangan sistem ekonomi. Penentuan harga
bersumber pada penawaran dan permintaan. Penawaran bersumber pada kuantitas
barang yang akan diproduksi dan ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
sedangkan permintaan bersumber pada kuantitas permintaan barang berdasarkan
harga yang ditawarkan.
Ilmu ekonomi ini tidak selalu
bisa diterapkan disetiap negara. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi baik
dalam penawaran maupun permintaan, diantaranya harga, mutu, barang, kebutuhan,
gaya hidup, dan sebagainya. Pelajaran dari teori ini menjelaskan kepada kita
bagaimana seharusnya menentukan harga, agar hukum penawaran dan permintaan
dapat berjalan seimbang sehingga tercipta masyarakat yang paham ekonomi dan
berkualitas.
3.2 Saran
·
Strategi penentuan harga sebaiknya perusahaan
atau lembaga usaha lainnya benar-benar sudah mengetahui dengan pasti apa yang
jadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan mereka pada saat itu.
·
Langkah-langkah dalam menentukan strategi dan
metode harga dilakukan dengan sebaik-baiknya.
·
Tingkatkan dan pertahankan mutu dan pelayanan
untuk kepuasan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy,2012,Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi,Yogayakarta,BPFE-Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment