Saturday, April 17, 2021

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

 

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS  PROVINSI JAWA BARAT


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

            Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Hal ini tidak terlepas dari peran kaum dakwah agama Islam untuk melakukan islamisasi di Indonesia. Kata Islamisasi adalah istilah umum yang biasa digunakan untuk menggambarkan proses persebaran dan masuknya Islam di Indonesia pada awal mulanya (abad VII – XIII M), yang tentunya menyangkut waktu kedatangan, tempat asalnya serta para pembawanya. Pembahasan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk di kaji, terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat dikalangan sejarawan. Ada pendapat yang menyebutkan mengenai masuknya Agama Islam ke Indonesia, bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak langsung dari Arab, yang melainkan melalui Persia dan Gujarat. Tetapi disamping itu ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa Agama Islam yang sampai ke Indonesiaa ini adalah langsung dari Arab (Mesir dan Mekkah).

            Demikian juga dengan masuknya agama islam di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis provinsi Jawa Barat. Hal ini merupakan satu hal yang sangat manarik juga untuk di pelajari. Bila dilihat dari letak wilayahnya mengingat Desa Sukahurip merupakan daerah yang masuk ke kerajaan Galuh Pakuan namun juga sudah sangat dekat dengan provinsi Jawa Tengah. Sehingga muncul sebuah pertanyaan apakah proses Islamisasi Desa Sukahurip merupakan pengaruh dari Islamisai kerjaan Galuh atau mungkin pengaruh dari Jawa Tengah. Maka dari itu, penulis mengkaji lebih dalam lagi mengenai sejarah masuknya agama Islam di Desa Sukahurip dan proses Perkembanganya. Dengan mengangkat judul penelitian “Sejarah Perkembangan dan Proses Islamisasi Desa Sukahurip Kec. Pamarican Kab. Ciamis  Provinsi Jawa Barat”.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan antara lain:

  1. Bagaimana proses Masuknya Islam di Desa Sukahurip?
  2. Kapan Islam Masuk ke Desa Sukahurip?
  3. Siapa yang membawa Islan ke Desa Sukahurip?

C.      Tujuan Penulisan

Riset mini ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Dan Budaya Lokal, serta melatih penulis untuk mengadakan riset mini. Riset mini ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai penelitian proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis provinsi Jawa Barat.

D.      Manfaat Penelitian

Hasil Riset mini ini, yang mengangkat tema tentang proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis provinsi Jawa Barat, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Manfaat Teoritis

a.       Penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi serta dapat juga sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis provinsi Jawa Barat.

b.      Penelitian ini dapat dijadikan penelitian yang relevan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2.    Manfaat Praktis

a.       Bagi Peneliti

1)      Penelitian ini untuk memenuhi syarat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Dan Budaya Lokal.

2)      Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan kedalam karya nyata.

b.      Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi mengenai proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis, Provinsi Jawa Barat .

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.      Pengertian Islamisasi

Secara etimologi menurut KBBI Islamisai adalah pengislaman.[1] Islamisasi adalah proses konversi masyarakat menjadi Islam. Dalam penggunaan kontemporer, mungkin mengacu pada pengenaan dirasakan dari sistem sosial dan politik Islam di masyarakat dengan latar belakang sosial dan politik pribumi yang berbeda.[2]

Penyebaran Islam merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas. Para pedagang muslim sudah ada disebagian wilayah Indonesia selama beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang mapan dalam masyarakat-masyarakat lokal. Secara umum, ada dua proses: Pertama, penduduk pribumi mengalami kontak dengan agama Islam dan kemudian menganutnya. Proses kedua, orang-orang asing Asia (Arab, India, Cina, dll) yang telah memeluk agama Islam tinggal secara tetap di wilayah Indonesia, kawin dengan penduduk asli, dan mengikuti gaya hidup lokal sedemikian rupa sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa, Melayu, atau suku lainnya.[3]

B.       Pengertian Agama Islam

            Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata tersebut jika dihubungkan akan memiliki arti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara dan menjaga integritas seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya agar tidak kacau.  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata agama berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan.[4] Agama diucapkan  oleh orang barat dengan religios (bahasa latin), religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan religie  (bahasa Belanda). Istilah ini bukanya tidak mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latarbelakang pengertian yang mendalam daripada pengertian “Agama” yang telah disebutkan diatas.[5]

            Menurut DR. KH Zakky Mubarak, MA., pengertian Islam secara terminologis atau istilah agama, khususnya agama Islam adalah peraturan – peraturan Allah yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Agama islam disyariaatkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya berdasarkan pada satu ajaran dasar, yaitu monoteisme murni (Tauhid), dan satu tujuan, yaitu memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat (hasanah fi al-dunya wal karimah).

C.      Tentang Desa Sukahurip

            Sukahurip adalah sebuah desa di Kecamatan Pamarican, Ciamis, Jawa Barat. Typologi wilayah Desa Sukahurip merupakan Desa Perbukitan dengan luas wilayah 2.562 Ha. yang sebagian besar (89,7%) merupakan daerah pertanian  Jarak ke Ibu kota Provinsi 163 km, sedangkan jarak ke Ibu kota Kabupaten Ciamis 39 km dan merupakan desa Ibu kota Kecamatan sehingga jarak ke Kantor Kecamatan hanya 3 km. Kebesaran nama Sukahurip sangat melekat dengan keramah-tamahannya dan masyarakat yang 100 % beragama Islam yang dilatar belakangi keberadaan Sekolah Formal sebanyak 3 Sekolah Dasar, 1 MTs dan 1 SMK serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melek Hurup dan kegiatan keagamaan lainnya seperti kegiatan Pengajian ibu-ibu dan muda mudi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.      Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terkait proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis, Provinsi Jawa Barat dilaksanakan di Cikuya, Balatater dan Kubang Calinicing RT. 25 RW. 11 Dusun Kertajaya, Desa Sukahurip.

B.    Waktu Penelitian

            Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan, yaitu  mulai akhir bulan Mei hingga selesai pada akhir bulan Juni 2020.

C.    Bentuk Penelitian

            Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi kepustakaan dan wawancara, sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Menggunakan teknik kualitatif yaitu sebuah penelitian riset yang sifatnya deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses maknanya.

B.       Sumber Data Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara dan observasi untuk mencari dan mengumpulkan data yang kemudian akan diolah untuk mendeskripsikan tentang proses Islamisasi di Desa Sukahurip, Kec. Pamarican, Kab. Ciamis, Provinsi Jawa Barat . Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tape dan pengambilan foto. Sedangkan untuk data tambahan, peneliti mencari dan mendokumentasikan berbagai data dari sumber lain guna memperkaya data, baik itu melalui buku, foto, artikel, surat kabar, dan lain sebagainya.

C.      Metode Pengumpulan Data

1.      Wawancara langsung

2.      Wawancara tidak langsung

BAB IV

PEMBAHASAN 

Sejarah masuknya Islam ke Sukahurip merupakan bidang kajian pembelajaran yang sangat menarik untuk dipelajari. Dari sejarah masuknya Islam inilah kita dapat mengambil pembelajaran tentang bagaimana kerasnya usaha para ulama dalam menyampaikan agama Islam sehingga dapat diterima oleh masyarakat Desa Sukahurip. Meskipun para ulama tak pernah memaksa masyarakat untuk memeluk agama Islam, namun dengan keluwesannya, agama Islam mampu merebut hati masyarakat luas. Datangnya Islam ke Desa Sukahurip memberi perubahan besar bagi seluruh lapisan masyarakat Desa Sukahurip. Islam telah membawa kecerdasan bagi masyarakat dan peradaban tinggi dalam membentuk kepribadian Desa Sukahurip. Itulah alasan mengapa sangat penting mempelajari sejarah datangnya Islam di Desa Sukahurip.

Desa Sukahurip adalah pemekaran dari Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican. Desa Sukahurip berdiri pada tahun 1983. SUKAHURIP diambil dari bahasa Sunda berasal dari kata SUKA dan HURIP. Suka berarti Senang atau Keinginan dan HURIP berarti hidup makmur, subur, dan maju dalam berbagai bidang dengan harapan itulah Sukahurip menjadi salah satu Desa yang madani, makmur dan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berkecukupan dalam hal swasembada pangan ataupun hal lainnya.[6]

Tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal proses Islamisai Desa Sukahurip. Sejarah Desa Sukahurip hanya dipahami dari cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Berdasarkan tahun berdirinya Desa sukahurip 1983 tentunya pada saat itu agama Islam sudah masuk dan berkembang dengan baik di desa Sukahurip. Namun, hal mengenai kapan dan dimana islam masuk wilayah Desa sukahurip tetap harus di teliti dan di pelajari. Disini penulis mencari sumber materi dan referensi dari beberapa tokoh agama, beberapa aparatur desa dan beberapa tokoh yang paham mengenai sejarah proses Islamisasi desa Sukahurip dan perkembanganya.

A.           Sumber Pertama

Narasumber pertama yang penulis temui untuk mengatahui tentang sejarah Islamisai dan perkembangan Islam di Desa Sukahuri adalah Kyai Dahlan Muhyidin. Beliau adalah imam masjid DKM III Kertajaya dan merupakan seorang guru mengaji. Menurut Beliau berdasarkan cerita sejarah yang di peroleh dari orang tuanya terdahulu, sejarah tentang awal mula dan perkembangan islam di Desa Sukahurip berawal dari seorang ulama yang bernama Kyai Hasanudin sekitar tahun 1911. Beliau berasal dari Kebumen, Jawa Tengah dan dinilai masih memiliki hubungan dengan Syaikhona Kholil Bankalan, Madura. Pertama tinggal di daerah Kubang Bogo di sebrang sungai Citalahab. Pada saat itu, metode yang digunakan adalah santri kalong atau datang ke rumah KH Hasanuddin. KH Hasanudin memiliki suatu kelebihan yaitu ilmu kebatinya yang sangat kuat. Beliau sering memperbanyak membaca sholawat. Bahkan setiap selesai sholat selalu membaca sholawat nariah. Keseharian beliau sebagai Petani dan untuk yang lainya mencari ikan menggunakan Wadong semacam alat pencari ikan. Setelah beliau wafat digantikan oleh putranya yang bernama KH Ibrahim atau dikenal Kyai Sobawi. Kyai Sobawi ini memiliki beberapa putera diantaranya KH Sulaiman Faqih, Hj Saripah,  KH Muhyidin, H Tasmi, H Qodir, H Iskandar dan H Ahmad Jen.

Putera-puteranya tersebut di pesantrenkan ke berbagai daerah di pulau jawa. Seperti KH Sulaiman Faqih ke daerah Jawa Timur, KH Muhyidin pertama di Bojong Nangka selanjutnya ke Jampes begitu juga H. Qodir dan H. Ahmad Jen. Setelah menyelesaikan pendidikan dari pondok pesantren. Hampir semua putra  beliau mensyiarkan agama Islam khususnya di wilayah Sukahurip. Dengan mendirikan Mushola-Mushola. Yang pertama,  KH Sulaiman Faqih mendirikan mushola di daerah Pamarican sekitar tahun 1950 yang nantinya berkembang menjadi pondok pesantren Ihya Ulumiddin. Merupakan salah satu pondok pesantren terbesar yang ada di wilayah kecamatan Pamarican. Yang kedua, KH Muhyidin mendirikan mushola di daerah Kubang Calincing sekitar tahun 1965. Pada saat itu pertama mengadakan sholat jumat di daerah Balater. Adapun aliran yang pertama datang adalah Ahli Sunnah Wal Jamaah. Untuk imam Mazhabnya yaitu Imam Syafi’i.

Perjuangan untuk mensyiarkan agama islam di desa Sukahurip tidak berjalan begitu mulus. Karena ada beberapa hambatan yang di peroleh dari istilahnya “Gerombolan” yang mengatasnamakan DI/TII seperti membubarkan orang yang sedang tahlilan dan mengacak-acak yang ada. Setelah itu juga membuat kerusuhan di daerah ciparakan dan merampas dan merampok. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1950-1953. Selain itu, ada juga Komunis di daerah Sukahurip, tokohnya bernama Ibro dan Tusin dikabarkan sudah melalukan perencanaan untuk menculik para kyai. Namun, usaha tersebut gagal karena sudah di ketahui masyarakat luas dan para tokoh komunis tersebut di tangkap.

B.       Sumber Kedua

Untuk lebih memperkaya data tentang sejarah proses perkembangan dan Islamisai di desa Sukahurip. Penulis kembali mencari sumber sejarah yang kedua, letaknya sedikit berjauhan dari narasumber yang pertama yaitu di daerah Ciparakan. Bernama bapak Ali Nurdin, beliau adalah ketua DKM di ciparakan dan merupakan seorang guru sejarah di salah satu DTA. Menurut beliau sejarah tentang awal mula Islamisasi desa Sukahurip bermula dari Dullah Hayan, Dullah Ansor. Bapak ali juga menyebutkan nama Ali Imron yang juga masih ada keturunan Sumolangu. Beliau yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian tinggal di kebumen. Setelah itu datang ke daerah Desa Sukahurip untuk menyebarkan dan mengembangkan agama Islam. Pertama kali menyebarkan agama Islam di daerah Cigintung. Behubung di daerah tesebut penduduk setempat kurang kooperatif atau istilah yang digunkan pak ali “abang banget” akhirnya pindah ke daerah ciparakan. Untuk tahun pak Ali kurang begitu paham namun menyebutkan ketika pertama penjajah Belanda datang.

Menurut bapak Ali Nurdin, Kyai Ali Imron memiliki Istri bernama ny. Marinten. Untuk silsilah kyai Ali Imron beliau mengatakan tidak di beritahu, namun untuk silsilah dari istrinya ny. marinten beliau tahu sampai kepada kyai Nurwahid asli dari keraton Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah wafat kyai Nurwahid di makamkan di Yogyakarta. Kemudian puteranya berhubung tidak mau tinggal di keraton pindah ke kebumen bernama kyai Saniman. Selanjutnya anaknya yang bernama Nurjati tinggal di Jati jajar.

“Membicarakan Islam ketika datang ke Desa Sukahurip sebenarya sudah Islam. Mengenai tantangan proses pengembangan islam yang paling berat adalah daerah Cigintung dan Daerah timur Sungai. Soalnya pada saat itu banyak yang tidak melaksanakan sholat.  Adapun amalan yang sering di lakukan oleh beliau adalah allah wujud qidam baqa atau tentang tauhid. Oleh karena itu kelihatan pendiam namun di segani orang lain. Selain itu untuk aliran yang berkembang pada saat itu ahli sunnah wal jama’ah imam mazhabnya adalah Imam Syafi’i.” Ujar bapak Ali Nurdin.

Perjuangan perkembangan agama Islam di daerah Ciparakan juga tidak berjalan dengen mulus. Pada saat itu ada tokoh yang bernama Zaenal yang merupakan anggota DI/TII langsung atau berhubungan langsung dengan Kartosuwiryo.  Sampai saat ini tidak di ketahui keberadaanya kapan meninggal dan makamnya dimana. Karena pada saat itu langsung hilang keberadaanya entah kemana. Ada juga yang di sebut dengan DI/TII gadungan atau hanya mengatas namakan DI/TII saja. Namun melakukan aksi-aksi berandalan seperti mencuri merampok dan tindakan kejahatan lainya.

BAB V

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Berbicara mengenai sejarah tentunya sulit untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Karena sejarah di anggap benar oleh orang yang membicarakanya, tinggal bagaimana cara untuk mempekuat dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Mengenai sejarah perkembangan dan islamisai desa Sukahurip. Setidaknya ada koherensi atau hubungan yang di sebutkan oleh beberapa narasumber. Bahwa awal mula perkembangan islam di desa Sukahurip di bawa oleh ulama yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Kemudian membawa Islam ke Wilayah Desa  Sukahurip. Mengenai kapan dan siapa yang membawa islam ke Desa Sukahurip masih sangat sulit untuk dapat di simpulkan. Mengingat tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal proses Islamisai Desa Sukahurip. Namun penulis akan terus mengkaji dan menggali informasi untuk mengungkap tentang sejarah dan proses Islamisasi desa Sukahurip sampai di temuka titik temu mengenai informasi yang di harapkan.

B.     Saran

1.      Bagi Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki pengetahuan serta wawasan luas, sudah seharusnya mampu untuk mengkaji dan memahami bagaimana proses islamisasi di daerahnya masing-masing. Mengingat banyak sekali hal yang dapat diperoleh ketika mempelajari sejarah. Selain itu, supaya sejarah yang ada dapat di lestarikan tidak hilang tertelan perkembangan zaman.

2.      Bagi Masyarakat

Warga masyarakat harusnya juga memiliki rasa cinta terhadap sejarah. Supaya mampu menjelaskan kepada anak-anaknya betapa penting mengetahui sejarah. Kita dapat mengetahui asal usul kita dari sejarah. Sudah selayaknya harus mempelajari sejarah desa masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

 

Abu Ahmadi, Noor Salimi. 2008. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,.

KKBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI), (online) diakses dari http://kbbi.web.id/agama pada 10 mei 2020.

KKBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI), (online) diakses dari http://kbbi.web.id/islamisasi  pada 22 juni 2020.

Muhyidin, Dahlan. 2020. Islamisasi dan Sejarah perkembenganya di Desa Sukahurip.  Hasil wawancara pribadi: 24 Juni 2020, Kubang Calincing

Nurdin, Ali. 2020. Islamisasi dan Sejarah perkembenganya di Desa Sukahurip.  Hasil wawancara pribadi: 24 Juni 2020, Ciparakan.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008,  penerjemah: Tim Penerjemah Serambi, PT. Ikrar andiriabadi, Jakarta.

 



[1] KKBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI), (online) diakses dari http://kbbi.web.id/islamisai pada 10 juni 2020.

[2] Wikipedia

[3] M.C.Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008,  penerjemah: Tim Penerjemah Serambi, PT. Ikrar andiriabadi, Jakarta, 2008, h. 3

[4] KKBI. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI), (online) diakses dari http://kbbi.web.id/agama  pada 10 mei 2020.

[5] Abu Ahmadi, Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Hal 3.

Resensi Buku Sejarah Kebudayaan Islam : “Mengungkap Fakta-Fakta Masuknya Islam Ke Indonesia”

 

Resensi Buku Sejarah Kebudayaan Islam

“Mengungkap Fakta-Fakta Masuknya Islam Ke Indonesia”

Judul Buku                : Sekitar Masuknya Islam Ke

  Indonesia

Penulis                        : Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh

Tanggal Terbit           : 30 April 1971

Penerbit                      : CV. Ramadhani

Cetakan                      : Pertama

Kota Terbit                : Solo

Tebal Halaman          : 52 halaman

Pendahuluan

            Jika membicarakan tentang awal mula masuknya agama Islam ke indonesia perlu dilakukan kajian dan pemahaman yang sangat mendalam untuk mendapatkan informasi yang paling ilmiah dan dekat akan sebuah kebenaran. Karena, banyak sekali sumber sejarah yang menerangkanya. Mengenai awal mula masuknya Islam ke Indonesia dengan sendirinya kita akan di arahkan mengkaji tentang Perlak dan Pasai. Tanpa disadari juga telah menyinggung Aceh, sedangkan sejarah Aceh belum di tulis orang dalam artiang lengkap. Apalagi sebagai hasil penyelidikan dan perbandingan pendapat ilmu pengetahuan dan perbandingan pendapat ilmu pengetahuan dalam kitab-kitab sejarah. Buku yang berjudul Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia karya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh menjelaskan tentang awal mula masuknya Islam ke Indonesia. Terdiri dari 6 pembahasan yaitu: 1). Pendahuluan, 2). Sumber Barat, 3). Sumber Timur, 4). Dimana Islam Datang Mula-mula, 5). Siapa Pembawa Islam Pertama dan Dari Mana dan 6). Mazhab Apa Masuk Mula-mula ke Aceh.

Ulasan Buku

1. Pendahuluan

Pada bagian pertama, Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh  dalam Buku ini menjelaskan tentang latar belakang awal mula masuknya agama islam di indonesia, atau lebih ke fakta-fakta tentang awal pertama masuknya agama islam ke indonesia. Saat ini baru ada dua sumber yang terpenting dalam mengungkap sejarah ialah sumber Barat dan kedua sumber Timur. Umumnya yang pertama berasal dari Marco Polo dan sumber kedua dari Ibnu Battutah. Kedua-duanya pelaut dan ahli sejarah yang pernah mengunjungi Sumatera Utara dan mereka mengungkpakan dalam kitab perjalananya bahwa islam masuk ke indonesia pertama-tama ke Perlak dan Pasai.

            Dr. Snouck Hurgronye menceritakan dalam bukunya “De Islam in Nederlandsch-Indie” seri II, No. 9 dari “Groote Godsdiensten” bahwasanya secara singkat masuknya Islam ke Indonesia dengan secara tenang masuk ke pulau-pulau Indonesia dan sekitarnya di pesisir-pesisir Sumatera, Jawa, Borneo dan Selebes. Dibawa oleh saudagar Islam yang hendak memperoleh tempat tinggal baru dan dibantu oleh anak negeri yang sudah mesuk Islam sehingga sebagian masuk ke pedalaman untuk menyiarkan dakwah  bai secara damai maupun menggunakan kekerasan. Batu nisan, catatan yang di tinggalkan Marco Polo begitu juga kisah perjalanan Ibn Batutah menguatkan cerita-cerita lama di kalangan anak negeri dan membuktikan bahwa ada sebuah kerajaan Islam di Sumatera Utara, bernama Pasai.

            Selain itu ada pendapat dari penulis barat bahwa jauh sebelum islam lahir sudah datang orang-orang Hindustan yang mencari tempat tinggal (kolonialisasi) yang mungkin saja orang ini yang memperkenalkan islam pertama kali di indonesia namun belum memperlihatkan pengaruh akan sebuah keyakinan baru. Semua kejadian tersebut menunjukan bahwa Islam di Indonesia tidak di terima langsung dari orang arab. Perhubungan mereka mulai ada sejak abad ke VII dimana orang-orang Indonesia naik haji dan belajar disana dikenal sebagai masyarakat “jawa” yang tidak sedikit jumlahnya. Orang-orang inilah yang boleh dianggap mula-mula mempelajari Islam pada sumber daerah tempat lahirnya Nabi Muhammad kemudian pulang ke indonesia dan membuka tantangan terhadap ajaran-ajaran dan cara berfikir mengenai Islam.

2. Sumber Barat

            Bagian kedua buku ini menjelaskan tentang Sumber Barat, Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh mengungkapkan tentang ungkapan yang di sampaikan oleh Dr. B.J.O. Schrieke dalam kitabnya "Het Boek van Bonang (Diss Leiden, 1916) yang menyimpulkan kembali catatan Marco Polo, bahwa islam pertama ke indonesia tahun 1292. Marco Polo  menceritakan dalam perjananaya didapati kerjaan kecil Ferlec yang dikuasai oleh agama islam. Nama perlak juga di sebutkan dalam buku lain, diantaranya Sejarah Melayu, Hikayat raja-raja Pasei, Negarakertagama, dan terdapat juga dalam kisah expedisi Tionghoa ke Jawa tahun 1292/1293.

            Sebagaimana kita ketahui Aceh pernah mengalami zaman penjajahan Hindu. K.F.H. Van Langen dalam bukunya De Inrichting van het Atjehsche Staatsbestuur" ('s-Gravenhage, 1888), Menyebutkan orang-orang Hindu itu datang berlabuh di sungai aceh, Cedah atau Kuala Bate yang dinamakan pulau Seroja. Setelah masa Hindu datanglah periode kedua yaitu kedatangan Islam pada abad ke XIII. Disebutkan bahwa ada orang laki-laki dari mekkah bernama Syech Ismail yang menyebarkan agama islam di Pase dan mengislamkan raja Pase. termuat dalam karangan Prof. Dr. Vet h, yang bernama Atchin, hal 28. Hingga habislah pengaruh Hindu di Aceh. Keberhasilan Islam beralih ke Pidie (1509) yang disebut “Sumatra”. Disebutkan bahwa  Ali Boghayat Syah ialah Sultan Aceh yang berusaha giat untuk penyiaran Islam yang selanjutnya digantikan oleh anaknya Sultan Salahudin dan menjadi kerajaan yang kuat.

            Demikian catatan dari pengarang Barat yang menerangkan bahwa islam mula-mula datang dari Perlak, Pase dan berkembang di aceh yang berdiri di atas kehancuran Lamori Hindu. Namun belum diketahui dengan pasti waktunya. Sebagaimana dikatakan Prof. Schrieke sampai tahun 1913 sejarah Samudra Pase masih gelap. Penyelidikan pernah dilakuka  oleh J.P. Moquette di aceh mengenai kuburan-kuburan lama dan batu nisan raja-raja islam. Seperti Malikul Saleh yang diketahui wafat dalam tahun 1297 M. Namun hal ini mendapat beberapa pertentangan oleh beberapa penyidik sejarah Aceh   Dr. B.J.O Schrieke, mungkin juga oleh Dr. Hussein Jayaningrat, berasal dari Gerini, dikuatkan oleh Moquette, bahwa Samudra Pase sudah masuk Islam sejak tahun 1270-1275. Yang masih memegang kepada keterangan Marco Polo 1292. Yaitu bahwa yang mula-mula membawa agama Islam ke Sumatera adalah pedagang dari India, juga bersumber dari pengarang-pengarang Barat.

3. Sumber Timur

            Bagian ketiga dari buku karya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh, menjelaskan tentang Sumber Timur. Salah satu kitab karangan Dr. Nageeb Saleeby bernama "Studies in Moro History" yang meskipun dalam karangannya itu banyak menceritakan tentang adat-istiadat bangsa Moro dan agamanya, banyak bahan-bahan yang perlu bagi kita untuk menetapkan tahun-tahun masuknya Islam ke Indonesia. Isi karangan ini banyak dibicarakan oleh seorang alim Sayed Alwi Tahir Al-Haddad. Ia menceritakan bahwa perkembangan Islam di Timur Jauh mula-mula dikembangkan oleh Syarif Muhammad bin Ali Zainul Abidin, di Mindanau Utara terkenal sebagai Pulangi. Al Haddad menerangkan, bahwa pembawa Islam itu ada hubungan keturunan dengan Ali Zainal Abidin, cucu Nabi Muhammad yang berangkat dari Hadramaut (Arab Selatan) ke Johor di Semenanjung Melayu. Juga Syarif Abu Bakar (1450-1480) yang turut menyiarkan agama ke Sulu konon berasal dari anak cucu Zainal Abidin juga. Penyiar Islam pertama di Mangindanau mungkin Ibrahin Zainuddin Al Akbar, sedang Syarif Makdum atau Makdum Ishak dianggap termasuk orang yang pertama membawa agama Islam ke pulau-pulau sebelah Timur.

            "Banyak orang mengatakan bahwa Islam datang ke Sumatera di sekitar tahun 1270-1275 (670-674 H.) padahal Islam tersiar di sana pada tahun 1200 (597 H.) menurut tulisan-tulisan yang terdapat pada nisan-nisan di kuburan-kuburan". Seperti kuburan Al-Malik Al-Kamil ia meninggalkan dunia pada hari Ahad tanggal 7 Jumadil Awal 607 H. (1210 M). Serta banyak bukti-bukti kuburan lain seperti Al-Malik As-Saleh, Sultan Muhammad Al-Zahir, Ali Zainal Abidin dan saudaranya Johan Parabu. Salah satu contohnya tulisan pada pada kuburannya kata-kata yang terjemahannya adalah kira-kira sebagai berikut :"Inilah kuburan almarhum al-maghfur, orang yang bertaqwa, penasehat, yang mempunyai keturunan dan kebesaran nenek moyang yang berasal baik atau murah hati, ahli ibadat, perintis, Sultan yang bergelar Al-Malik As-Saleh." Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh pada pembahasan sumber timur ini banyak mengutip dari kitab Al-Haddat.

4. Dimana Islam Datang Mula-mula

            Selanjutnya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh pada bagian keempat menerangkan tentang Dimana Islam Datang Mula-mula. Sampai saat ini blum ada bukti atau bahan yang sah bahwa Iebih dulu dikunjungi Islam selain Perlak dan Pasai. Berdasarkan perjalanan marcopolo 1292 dalam kitabnya tertulis Ferlac (Perlak) sebagai pelabuhan pertama yang dikunjunginya ia menceritakan bahwa kerjaaan tersebut banyak dikunjungi pedagang Islam hingga dapat mengislamkan penduduk asli. Dari perlak kemudian ke “Basma” yang belum diketahui letaknya. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa di Perlak dan Pase inilah Islam mula-mula masuk di Indonesia, sepanjang yang dapat diberitakan oleh kitab-kitab sejarah yang pernah ditulis sekitar masa kemajuan kedua kerajaan Perlak dan Pase itu.

            Pernah orang mengemukakan, bahwa Islam sudah lebih dulu masuk ke Baros. Namun ihal itu tidak mungkin dan belum pernah ada keterangan yang menceritakaan hal tersebut. Hanya ada satu dongeng, yang termuat dalam "Sejarah Melayu", juga dalam "Hikayat Raja-raja Pase" tentang kedatangan nakoda Syech Ismail yang datang dari Mekkah sengaja menuju ke Sumatera untuk meng Islamkan Marah Silu, yang kemudian bernama Malikul Saleh sebagai raja pertama di Pase. Konon permulaan tiba di Sumatera lalu rombongan singgah di Barus dan meng-Islamkan penduduk di sana. Kemudian singgah di Lamuri dan meng-Islamkan penduduk tersebut. Seterusnya Perlak, dan kemudian barulah tiba di Pase dan bertemu dengan raja. Sesudah mengembangkan Islam seperlunya, Syeich Ismail pun pulang ke Mekkah kembali. (Mohammad Said, Aceh sepanjang abad I, Medan 1961, hal 38). Namun menurut Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh pendapat tersebut banyak keraguan dan bnayak mendatangkan kekhawatiran. Seperti mislanya kalau-kalau nama "Barus" ini dicampur adukkan dengan nama "Baros", nama seorang pengarang sejarah Chilia, D.A. Barros (1830-1907), yang banyak juga disebut-sebut dalam sejarah mengenai kedatangan orang Barat di Timur, di antara lain dalam kitab Dr. Stapel dan B.J.O. Schrieke.

5. Siapa Pembawa Islam Pertama dan Dari Mana

            Dalam buku Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia karya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh  pada bagian kelima membahas mengenai Siapa Pembawa Islam dan Dari Mana?. Menurut beliau ini merupakan pembahan yang pelik dan rumit. Belanda menyebutkan bahwa orang yang pertaman membawa islam ke indonesia berasal dari Gujarat, India. Dengan 6 alasan yang kuat, seperti diantaranya adanya hubungan daganag orang-orang Hindu dengan orang indonesia sebelum memeluk agam islam dan  batu-batu nisan dari kuburan-kuburan terpenting di Indonesia adalah bikinan, mempunyai ukiran dan dimasukkan dari Gujarat. Namun, menurut Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh tidak semua penyiar agama Islam di Indonesia berasal dari saudagar Gujarat,  karena ada juga mubaligh, dan ada juga dari bangsa Arab ynag menyiarkan agam Islam di Indonesia.

            Menurut Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh dengan adanya permusuhan Bani Hasyim dengan Bani Umayyah sehingga menyebabkan golongan Alawiyin menyingkir ke Timur Jauh. Bacalah kembali kitab Al-Haddad "Sejarah Perkembangan Islam di Timur Jauh." Dengan demikian Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh menyebutkan  ternyata belanda kurang memperhatikan bacaan dari orang Arab sendiri. Keculai kitab Jbn Batuttah, karena karangan ini sudah banyak diterjemah orang dalam beberapa bahasa Eropah. Kitab-kitab Al-Mas'udi, seperti "Murujuz Zahab", karangan Yaqur Al-Hamawi "Al-Mu'jam", karangan Anuari, seperti "Nihayatul Arab" dan lain-lain yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.

            H.M. Zainuddin dalam kitab "Tarikh Aceh" (Medan, 1961) telah mencatat sebagai orang Islam pertama datang ke Aceh Zahid, komandan dari suatu Armada Persia, yang terdiri dari 33 buah kapal, dalam perjalanan ke Tiongkok, singgah kepada beberapa negeri, seperti Malaya, Kedah, Siam, Kamboja, Annam, Jawa, Brunai, Makassar, Kalimantan, Maluku, dan beberapa buah dari pada kapal itu singgah di pesisir tanah Aceh (Andalas Utara) dalam abad yang pertama Islam (tahun 82 H = 717 M.). Kemudian ada daftar oleh Tengku M. Yunus Ismail mengenai raja-raja Perlak yang sangat menarik dan sudah mendekati kepuasan ilmiah. Dalam tahun 420 H. = 1028 M. sebuah kapal orang Gujarat telah datang lagi ke Perlak, di utara Sumatera, yang ditumpangi oleh saudagar-saudagar Arab dan India : yang dijumpai di Perlak seorang Mohrat (Meurah), yaitu Maharja. Salah seorang Arab dari turunan Quraisy.suku Sayid telah dapat kawin dengan seorang puteri Perlak sampai memperoleh anak dan turunannya di situ. Kira-kira 50 tahun kemudian dari itu, terdirilah sultanat Perlak pada tahun kurang lebih 470 H. = 1078 M. Sudah di cocokan dengan batu nisan kuburan raja, namun sumber yang di sebutkan belum menyebutkan letak halaman melainkan hanya menyebutkan nama-nama kitab bahasa arab seperti yaitu Tajul Hindi, karangan Bahruri Syahriar, Mamlikil Absar fi Mamalikil Amsar, karangan Fadlullah Al-Umri dan lain-lain. Salah satu upaya terbaik adalah dengan memeriksa kuburan seeperti yang pernah dilakukan Controleur Lho Seumawe Scheffer bersama dengan Syeikh Muhammad Al-Katali juga menunjukkan hasil-hasil yang baru.

6. Mazhab Apa Masuk Mula-mula ke Aceh

            Pembahasan terakhir buku Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh adalah mengenai Mazhab yang mula-mula masuk ke Aceh. Dijelasakn bahwa Ibnu Batutah tatkala dia menemui Malikuzh Zhahir, ia menceriterakan bahwa raja itu dikelilingi oleh orang-orang besar dalam bidang hukum, seperti Syarif Amir Sayyid Asy-Syirazi dan Tajuddin Al-Ashfahani dan lain-lain ulama-ulama dan fuqaha. Ia menceritakan bahwa Sultan Malikuzh Zhahir itu seorang Islam yang bermazhab Syafi'i. Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa Islam yang masuk ke Perlak dan Pase itu tak dapat tidak dalam zaman Malikuzh Zhahir dalam mazhab Syafi'i. Sebelumnya belum tentu dalam mazhab Syafi'i.

            Namun, ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa Islam ke Aceh Besar itu dalam bentuk mazhab Syi'ah dan Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh dalam bukunya juga meyakini di buktikan dengan argumentasi yang jelas dan dapat di pahami seperti Umumnya daerah Arab selatan sangat dipengarui oleh Zaydiyah salam satu mazhab Syi'ah yang sampai sekarang masih berkembang dalam sebagian Hadramaut dan Yaman, dari mana banyak orang-orang Arab datang ke Indonesia. Selian itu Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh juga menjelaskan bahwa di daerah tempat tinggalnya ada beberapa orang yang bermazhab Syi’ah dimana ada kuburan Tengku Anjong yang merupakan seorang Syadid dari suku Bilfatik. Ia meninggal menurut Dr. C. Snouck Hurgronye dalam tahun 1783 M.

            Dalam bukunya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh dalam bukunya ini menjelaskan dengan panjang dan teliti banyak sekali referensi di dalamnya. Karena mengenai mazhab apa yang mula mula masuk ke aceh ini sukar untuk di simpulkan. Antara mazhab Syi’ah dan Ahli Sunnah wal Jama'ah memiliki bukti dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga dapat disimpulkan Di antara mazhab pertama dipeluk di Aceh ialah Syi'ah dan Syafi'i.

            Kekurangan, buku karya Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh masih memiliki beberapa kekurangan, seperti: masih terdapat kekeliruan dalam penulisannya. Penulis juga mendapatkan beberapa kalimat yang kurang efektif di dalam buku ini, menyebabkan pembaca kesulitan untuk memahami teks tersebut. Selain itu Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh dalam bukunya kurang begitu jelas dalam menyimpulkan setiap akhir pembahasan yang menyebabkan pembaca kesulitan dalam mengambil kesimpulan dari buku tersebut.

            Kelebihan, buku ini memberikan pengetahuan yang sangat penting, terkandung penjelasan yang menarik tentang awal mula masuknya Islam ke Indonesia. Disajikan secara runtut sehingga dapat mengantar pembaca berpikir secara sistematis. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca sehingga mempermudah pembaca dalam memahami maksud isi buku. Bermanfaat membantu para mahasiswa dan dosen dalam perkuliahan. Kemudian, pembaca dari luar kalangan akademis buku tersebut juga sangat berguna terutama untuk menyelami dan memperluas wawasan tentang awal mula masuknya Islam ke Indonesia. Dapat menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi diperguruan tinggi, terutama untuk mengungkap sejarah awal mula masuknya Islam ke Indonesia.

Cerdik Edukasi

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT

  SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PROSES ISLAMISASI DESA SUKAHURIP KEC. PAMARICAN KAB. CIAMIS   PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A....